Jumat, 25 Maret 2016

SABAR

A.    DEFINISI SABAR DAN MACAM-MACAM SABAR
DEFINISI SABAR
Ash-Shabr (sabar) secara bahasa artinya al-habsu (menahan), dan diantara yang menunjukkan pengertiannya secara bahasa adalah ucapan: “qutila shabran” yaitu dia terbunuh dalam keadaan ditahan dan ditawan.
Sabar maksudnya adalah menguasai diri ketika emosi, tatkala emosi sebenarnya dia mampu melakuakan sesuatu namun dia tetap sabar, tidak membalasnya dan tidak bergegas memabalas kemarahannya kepada orag lain.
Sedangkan secara syari’at adalah menahan diri atas tiga perkara: yang pertama: (sabar) dalam mentaati Allah, yang kedua: (sabar) dari hal-hal yang Allah haramkan, dan yang ketiga: (sabar) terhadap Takdir Allah yang tidak menyenangkan.
MACAM-MACAM SABAR
v  Sabar untuk Taat Kepada Allah
Hendaknya manusia sabar untuk taat kepada Allah, karena ketaatan itu berat dirasakan hati dan sulit dijalankan oleh manusia. Kadang terasa berat secara fisik, karena dalam menjalani ketaatan manusia bisa letih dan lelah. Terkadang juga di dalm ketaatan terdapat rasa berat secara finansial, karena kadang ketaatan memerlukan harta seperti zakat dan haji. Dalam ketaatan terdapat kesulitan yang dirasakan hati dan badan, maka dibutuhkan kesabaran. Allah ta’ala berfirman dalm QS. Ali Imran ayat 200 yang artinya;
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabranmu”. (QS. Ali ‘Imran: 200)
Allah juga berfirman dalam surah Thaha ayat 132 yang artinya;
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan akhirat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (QS. Thaha: 132)
Dan juga firman-Nya dalam QS. Al-Insaan ayat 23-24 yang artinya;
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka”. (QS. Al-Insaan: 23-24)
Ayat-ayat ini menerangkan tentang sabar dalam melaksanakan perintah-perintah, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu turun kepadanya agar beliau (Rasulullah) menyampaikannya (kepada manusia), maka jadilah beliau orang yang diperintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan ketaatan.
v  Sabar dalam Menuntut Ilmu
Syaikh Nu’man mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi seseoranga yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga, dan tanah airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ngulang pelajaran, dan lain sebagainya.
Semoga Allah merahmati Yahya bin Abi Katsir yang pernah mengatakan, “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Terkadang seseorang harus menerima gangguan dari orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang hubungannya jauh darinya, hanya karena kegiatannya menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan kecuali orang-orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari Allah”.

v  Sabar dalam Mengamalkan Ilmu
Syaikh Nu’man mengatakan, “Dan orang yang ingin beramal dengan ilmunya juga harus bersabar dalam mengahdapi gangguan yang ada di hadapannya. Apabila dia melaksanakan ibadah kepada Allah menuruto syari’at yang diajarkan Rasulullah niscaya akan ada ahlul bi’da wal ahwaa’ (pelaku bid’ah dan pengekor hawa nafsu) yang menghalangi di hadapannya, demikian pula orang-orang bodoh yang tidakkenal agama kecuali ajaran warisan nenek moyang mereka.
Sehingga gangguan berupa ucapan harus diterimanya, dan terkadang berbentuk fisik, bahkan terkadang dengan kedua-duanya. Dan kita sekarang ini berada di zaman dimana orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti orang yang sedang menggenggam bara api, maka cukuplah Allah sebagai penolong bagi kita, Dialah sebaik-baik penolong”.
v  Sabar dalam Brdakwah
Syaikh Nu’am mengatakan, “Begitu pula orang yang berdakwah mwngajak kepada agama Allah harus bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena sebab dakwahnya, karena di saat itu dia tengah menempati posisi sebagaimana para Rasul. Waraqah bin Naufal mengatakan kepada nabi kita shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah ada seorang pun yang datang dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu bawa melainkan pasti akan disakiti orang”.
Sehingga jika dia mengajak kepada tauhid didapatinya para da’i mengajak kesyirikan tegak di hadapannya, begitupula para pengikut dan orang-orang yang mengenyangkan perut mereka dengan cara itu. Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As Sunnah maka akan ditemuinya para pembela bid’ah dan hawa nafsu. Begitu pula jika dia memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan ditemuinya para pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta orang-orang yang turut bergabung dengan kelompok mereka.
Mereka semua akan berusaha menghalang-halangi dakwahnya karena dia telah menghalagi mereka dari kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan yang selama ini mereka tekuni.”

v  Sabar dari Hal-Hal yang Diharamkan oleh Allah
Manusia dalam hal ini harus menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Karena nafsu amarah senantiasa mengajak kita untuk melakukan hal yang buruk, maka hendaklah manusia menyabarkan nafsunya, seperti dusta dan curang dalam muamalat, memakan harta dengan cara yang batil, seperti riba, berzina, meminum minuman keras, mencuri, dan dan dosa besar lainnya yang serupa. Hendaklah manusia menahan diri dari hal-hal tersebut, jangan samapai melakukannya. Ini perlu kerja keras dan juga perlu menahan hawa nafsu.
Di antara contoh dari jenis sabar yang kedua ini adalah sabarnya Nabi Yusuf ‘alaihis salaam dari ajakan istrinya Al-‘Aziiz (raja mesir) ketika dia mengajak (zina) kepadanya di tempat milik dia, yang padanya ada kemuliaan dan kekuatan serta kekuasaan atas Nabi Yusuf, dan bersamaan dengan itu Nabi Yusuf bersabar dan berkata;
“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhu ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”. (QS.Yusuf: 33)
Maka ini adalah kesabaran dari kemaksiatan kepada Allah.
v  Sabar Terhadap Takdir Allah
Di antara jenis sabar adalah sabar terhadap takdir Allah. Hal ini berkaitan dengan tauhid Rububiyyah, karena sesungguhnya pengaturan makhluk dan menentukkan takdir atas mereka adalah termasuk dari tuntunan Rububiyyah Allah Ta’ala.
Hendaknya manusia sabar terhadap takdir Allah yang tidak menyenangkan karena takdir Allah atas makhluk-Nya, ada yang sesuai dengan keinginan, ada juga yang tidak menyenangkan.
Takdir yang sesuai dengan keinginan perlu disyukuri. Syukur merupakan ketaatan dan sabar dalam ketaatan adalah jenis sabar yang pertama.
Sedangkan takdir yang tidak menyenangkan yakni tidak sesuai dengan apa yang diinginkan manusia, seperti ujian yang menimpa diri, harta, keluarga, dan masyarakatnya.
Kesimpulannya bahwa ujian itu banyakmacamnya dan perlu dihadapi dengan kesabaran. Hendaklah manusia menahan nafsunya dari menampakkan kekecewaan terhadap takdir Allah, baik dengan lisan, hati, ataupun anggota badan lainnya.
Ayat Al-Qur’an yang menjelakan tentang jenis kesabaran ini adalah firman Allah Ta’ala dalam QS. Al-Ahqaaf ayat 35 yang artinya;
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka”. (QS. Al-Ahqaaf: 35)
Ayat ini menjelaskan tentang kesabaran para rasul dalam menyampaikan risalah dan dalam menghadapi gangguan kaumnya.
B.     TINGKATAN SABAR DAN NAMA-NAMANYA
Sabar yang terpuji adalah kesabaran jiwa dengan kesadaran sendiri dari memenuhi ajakan hawa nafsu yang tercela. Tingkatan dan nama-nama sabar itu menurut hal yang berkaitan dengannya.
Jika bersabar dari syahwat kemaluan yang diharamkan disebut ‘iffah (kesucian diri. Kebalikannya adalah al-fujur (kejahatan), az-zina (perzinaan), dan al-ahru (pelacuran).
Jika bersabar dari syahwat perut dan tidak bersegera makan atau mengambil makanan yang lezat disebut syaraf nafs (kemuliaan jiwa). Kebalikannya disebut syarah (kerakusan) dan kerendahan jiwa.
Jika bersabar dari memperlihatkan ucapan yang tidak baik disebut kitman sirr (menyembunyikan rahasia). Kebalikannya disebut al-idza’ah (menyebarkan), al-ifsya’ (menyiarkan), at-tuhmah (tuduhan), al-fahsya’ (kekejian), as-sabb (cacian), al-kadzib (kebohongan), dan al-qadzaf (tuduhan).
Jika bersabar dari berlebihan hidup disebut zuhud, dan kebalikannya disebut al-hirsh (rakus).
Jika bersabar dari kadar materi secukupnya disebut qana’ah. Kebalikannya disebut juga al-hirsh (rakus). Jika bersabar dari memenuhi ajakan amarah disebut al-hilm (lemah lembut). Kebalikannya disebut tasarru’ (mudah tersulut amarahnya).
Jika bersabar dari memenuhi ajakan tergesa-gesa disebut al-waqar (ketenangan) dan tsabat (keteguhan hati). Kebalikannya disebut thaisy (kecerobohan) dan khiffah (kurang pertimbangan).
Jika bersabar dari memenuhi ajakan lari dari peperangan disebut syaja’ah (keberanian). Kebalikannya disebut al-jubn (kepengecutan) dan al-khaur (kelemahan)
Jika bersabar dari memenuhi ajakan balas dendam disebut al-‘afwu (pemaaf) dan ash-shafh (melupakan). Kebalikannya disebut intiqam (dendam) dan ‘uqubah (hukuman).
Jika bersabar dari memenuhi ajakan menahan harta dan bakhil disebut al-jud (dermawan). Kebalikannya disebut al-bukhl (kikir).
Jika bersabar dari memenuhi ajakan makan dan minum dalam waktu tertentu disebut ash-shaum (puasa). Jika bersabar dari ajakan keengganan dan kemalasan disebut al-kais (kecerdasan).
Dengan demikian, jelaslah bahwa sabar itu memiliki nama-nama tertentu sesuai hal yang berkaitan dengannya. Sedangkan nama yang mncakup semuanya adalah sabar. Ini menunjukkan bagi kita keterkaitan tingkatan-tingkatan agama keseluruhannya dengan sifat sabar dari awal sampai akhir.
Demikian pula disebut keadilan apabila berkaitan dengan masalah persamaan di antara dua hal yang sama. Kebalikannya disebut kezaliman. Sesuatu disebut sumahah (kemurahan hati) apabila berkaita dengan sikap memberikan yang wajib dan anjuran dengan kerelaan dan kemauan sendiri. Di atas semua akhlak seperti inilah seluruh tingkatan agama berpijak.
Jadi, mayoritas akhlak keimanan itu masuk dalam sifat sabar dan tidak akan sempurna tanpa sifat sabar, karena semua akhlak itu membutuhkan perjuangan dan kerja keras hingga menjadi perilaku praktis seorang mukmin. Oleh karena itu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang keimanan, beliau menjawab, “Keimanan adalah sabar”. Karena sabar adalah perbuatan keimanan yang paling banyak dan paling mulia. Sebagaimana sabda beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Haji adalah Arafah.” Dengan demikian, tidak ada kesuksesan di dunia kecuali kecuali dengan sabar dan tidak ada keberuntungan di akhirat dan memperoleh surga kecuali dengan sabar. Allah subhanahu wata’ala berfirman tentang hamba-hamba-Nya, yang artinya:
“Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”. (QS. Al-Furqan: 75)
Dengan dimikian sifat sabar membawa di dalam lipatannya sejumlah cabang keimanan dan akhlak Islam.

C.    DALIL-DALIL DISYARIATKAN SABAR
DALIL DARI AL-QUR’AN
Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang masalah sabar. Allah menciptakan makhluknya untuk memberikan cobaan dan ujian, lalu menuntut kosekuensi kesenangan yaitu bersyukur, dan konsekuensi dari kesusahan yaitu bersabar. Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah menyatakan bahwa lafazh Ash-Shabru  dalm Al-Qur’an disebutkan di sembilahn puluh empat (ayat). Hal ini menunjukkan sabar memiliki kedudukan tinggi dan mulia dalam agama Islam. Oleh karena itu, Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa sabar setengah dari keimanan dan setengahnya lagi adalah syukur. Diantara ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kesabaran yaitu:
v  Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 155-157  yang artinya;
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orag yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 155-157)


v  Allah berfirman dalam QS. Ali ‘Imraan ayat 200 yang artinya;
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali ‘Imraan: 200)
v  Allah berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat 10 yang artinya;
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az-Zumar: 10)
v  Allah berfirman dalam QS. Asy-Syuraa ayat 43 yang artinya;
“Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan”. (QS. Asy-Syuraa: 43)
v  Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 153 yang artinya;
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 153)
v  Allah berfirman dalam QS. Muhammad ayat 31 yang artinya;
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. (QS. Muhammad: 31)
v  Allah berfirman dalam QS. Al-Ma’aarij ayat 5 yang artinya;
“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik”. (QS. Al-Ma’aarij: 5 )
v  Allah berfirman dalam QS. Al Kahfi ayat 28 yang artinya;
“Dan bersabarlah engkau bersama orang-orang yang menyeru Rabb mereka di waktu pagi dan senja dengan mengharap Wajah-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia”. (QS. Al Kahfi: 28)
v  Dalam QS. An-Nahl ayat 127 Allah Ta’ala berfirman yang artinya;
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dyakan”. (QS. An-Nahl: 127)
Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk bersabar. Jika Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai makhluk yang paling mulia dan sempurna masih diperintah untuk bersabar, maka terlebih lagi bagi umatnya.
DALIL-DALIL DARI AS_SUNNAH
Di antara dalil yang terdapat “dalam sunnah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang disyariatkannya kita untuk bersabar yaitu:
Ø  Hadits riwayat Abu Said Al-Khudri, ia berkata: “Bahwa sebagian orang Anshar meminta kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberi mereka. Kemudian mereka meminta lagi, beliau pun memberi mereka, sampai ketika telah habis sesuatu yang ada pada beliau, beliau bersabda: “Apa pun kebaikan yang ada padaku, maka aku tidak akan menyembunyikannya dari kalian. Barang siapa menjaga kehormatan diri, maka Allah akan menjaga kehormatan dirinya. Barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya. Barang siapa yang bersabar, maka Allah akan membuatnya sabar. Seseorang tidak diberi sesuatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran”. (Hadis Shahih Riwayat Imam Muslim)
Ø  Dari Abu Malik, Al-Harits bin Al Asy’ari, ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Suci itu sebagian dari Iman, (bacaan) alhamdulillah memenuhi timbangan, (bacaan) subhanallah dan alhamdulillah keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit langit dan bumi. Shalat itu adalah nur, sedekah adalah pembela, sabar adalah cahaya, dan Al-Qur’an menjadi pembela kamu atau musuh kamu. Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya”. ( Hadis Shahih Riwayat Imam Muslim)
Ø  Hadis riwayat Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sabar itu pada awal kejadian”. (Hadis Shahih Riwayat Imam Muslim)
Ø  Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar dengan gangguan mereka lebih baik daripada yang tidak bergaul dengan mereka dan tidak sabar dengan gangguan mereka”. (Riwayat Ibnu Majah dengan sanad hasan. Hadis tersebut ada dalam riwayat Tirmidzi, namun ia tidak menyebut nama dari sahabat)
Ø  Hadis riwayat Abdullah bin Masud, ia berkata: “Ketika hari perang Hunain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengutamakan beberapa orang dalam pembagian. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberi Aqra’ bin Habis seratus ekor unta, memberikan kepada Uyainah dan beberapa para pemuka Arab. Ketika itu beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengutamkan mereka dalam pembagian. Lalu seseorang berkata: Demi Allah, sungguh ini adalah pembagian yang sama sekali tidak adil dan tidak dikehendaki Allah. Aku (Abdullah) berkata: Demi Allah, aku pasti akan menyampaikannya karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan memberitahu beliau tentang ucapan orang tersebut. Mendengar itu, wajah beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam berubah kemerah-merahan, kemudian bersabda: Siapa lagi yang dapat berbuat adil jika Allah dan Rasul-Nya tidak berbuat adil? Kemudian beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: Semoga Allah memberikan rahmat kepada Nabi Musa. Dia telah disakiti hatinya (oleh kaumnya) lebih banyak dari ini, tetapi ia tetap sabar. Aku berkata: Sesudah ini aku tidak melaporkan pembicaraan apapun kepada beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam”. (Hadis Shahih Riwayat Imam Muslim)
Ø  Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi Radhiallahu ‘anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh menakjubkan keadaan orang beriman, segala urusan baginya selalu baik. Dan hal itu tidak akan terjadi kecuali pada orang yang beriman. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur, dan apabila tertimpa kesulitan dia bersabar dan kesabaran itu baik pula baginya”. (Hadis Shahih Riwayat Imam Muslim)
D.    KEUTAMAAN SABAR
Allah Subhanahu wa ta’ala memeberikan ganjaran sesuai dengan kadar kesulitan dari sebuah amal yang dilakukan, semakin sulit kita melakukan amal ibadah, maka ganjarannya pun semakin besar, tidak terkecuali dengan sabar. Sabar adalah ibadah yang mudah diucapkan akan tetapi sulit dilakukan. Karena itu Allah memberikan ganjaran yang amat besar bagi orang-orang yang bersabar. Di antara keutamaan dari orang-orang yang bersabar, diantaranya:
v  Allah menyukai orang yang punya sifat sabar
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj Abdul Qais, “Sesungguhnya kamu memiliki dua sifat yang Allah sukai , yaitu sabar dan tenang”. (HR. Muslim)
v  Ditulis/dicatat sebagai kebaikan dan ditinggikan derajatnya
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa menghantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa mencobanya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai pada kedudukan yang dikehendaki Allah” (HR. Abu Ya’la, dan Al-Hakim, ia berkata: “sanadnya shahih)
Tidaklah seorang hamba ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan: “Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah aku ganjaran dalam musibahku ini, dan berikanlah ganti kepadaku dengan yang lebih baik darinya” Melainkan Allah memeberikan pahala dalam musibahnya itu, dan menggantikan yang lebih baik baginya”. (HR. Muslim)
            Dari hadis ini jelas bahwa apabila kita ditimpa musibah atau diuji oleh Allah dan kemudian kita bersabar, maka Allah akan mengganjar kesabaran kita dengan pahala dan meninggikan derajat kita.
v  Jalan menuju surga
Dalam salah satu hadis qudsi, Allah berfirman: “Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridaan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridai pahalamu melainkan surga”. (HR. Ibnu Majah, di hasankan oleh Syaikh Al Bani di dalam shahih Ibnu Majah)
v  Dibangunkan rumah di surga yang diberi nama dengan Baitul Hamd (rumah pujian)
Dalam salah satu riwayat dijelaskan bahwa “Jika anak seseorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata kepada Malaikat-Nya. “Apakah kalian telah mencabut nyawa hamba-Ku?” Para Malaikat menjawab: “Ya, benar”. Lalu, Dia bertanya lagi: “Apakah kalian telah mengambil buah hatinya?” Mereka pun menjawab: “Ya”. Kemudian Dia berkata: “Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?” Mereka menjawab: “Dia memanjatkan pujian kepada-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun)”. Allah berfirman: “Bangunkan untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga dan namai dengan Baitul Hamd (rumah pujian)”. (Hadis Hasan riwayat At-Tirmidzi)
v  Mendapatkan pertolongan Allah
Orang yang bersabar akan mendapatkan pertolongan dari Allah sebagaimana firman-Nya: “Dan Allah besrta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 249). Yang dimaksud dengan Allah Subhanahu wata’ala bersama orang-orang yang sabar adalah penjagaan dan pertolongan Allah Subhanahu wata’ala selalu menyertai mereka. Bahkan dalam ayat lain, Allah Subhanahu wata’ala benar-benar menjamin penjagaan dan pertolongan-Nya itu selalu bersama dengan orang-orang yang sabar. Sebagaimana firman-Nya subhanahu wata’ala: “Ya, jika kamu bersabar dan bertakwa, dan jika mereka menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.” (QS. Ali Imran: 125)
v  Mendapatkan Shalawat, Rahmat, dan petunjuk dari Allah
Orang yang sabar akan mendapatkan sholawat, rahmat, dan petunjuk dari Allah, sebagaimana firman-Nya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Maka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 155-157)

v  Sabar adalah kunci kesuksesan seorang hamba
Sabar adalah kunci kesuksesan seorang hamba, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beuntung”. (QS. Ali ‘Imran: 200)
v  Diberikan ganjaran yang tanpa batas
Orang yang bersabar akan diberikan ganjaran yang tanpa batas. Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az-Zumar: 10)
v  Mendapat ampunan dari Allah
Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Huud: 11)
v  Mendapat martabat yang tinggi di dalam surga
Orang yang bersabar akan mendapatkan martabat yang tinggi di dalam surga, hal ini sesuai dengan firman-Nya: “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang Tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan Ucapan selamat di dalamnya”. (QS. Al-Furqan: 75)
Itulah di antara keutamaan besar yang Allah subhanahu wata’ala janjikan kepada hamba-Nya yang bersabar. Setelah kita mengetahui beberapa keutamaan sabar, kedudukannya dalam agama Islam, serta dalil-dalil yang memerintahkannya, maka sudah sepantasnya bagi kita berupaya dan berdoa agar dapat mengamalkannya. Semoga Allah subhanahu wata’ala memberi taufiq kepada kita untuk beramal dengan ilmu yang kita ketahui. Amin, Ya Rabbal ‘Alamin.

E.     KIAT-KIAT SABAR
Sabar, walaupun sulit dan tidak disukai oleh tabiat manusia, apalagi bila disebabkan kelakuan dan tindakan orang lain. Akan tetapi kesabaran harus ada dan diwujudkan. Berikut ini beberapa kiat yang dapat membantu kita dalam bersabar, diantaranya:
Þ    Ikhlas dan mengaharapkan keridaan Allah dalam bersabar. Hal ini deijelaskan Allah dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Rabbny, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan;norang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)”. (QS. Al Ra’d: 22)
Þ    Bertekad kuat dan motivasi tinggi serta harga diri maka insya Allah akan dapat bersabar dan semua kesulitan dan kesusahan menjadi mudah baginya.
Þ    Yakin dan percaya akan mendapatkan pemecahan dan kemudahan sebab Allah telah menjadikan dua kemudahan dalam satu kesulitan sebagai rahmat dari-Nya. Inilah yang difirmankan Allah: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Seseungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Alam Nasyrah: 5-6)
Þ    Beriman bahwa dunia seluruhnyaa adalah milik Allah dan Dia memberinya kepada orang yang Dia sukai dan menahannnya dari orang yang disukai-Nya juga.
Þ    Mengetahui tabiat kehidupan dunia dan kesulitan dan kesusahan yang ada di sana, sebab manusia memang diciptakan berada dalam susah payah, sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”. (QS. Al-Balad: 4)
Þ    Mengetahui besarnya balasan dan pahala atas kesabaran tersebut.
Þ    Memohon pertolongan kepada Allah dan berlindung kepada-Nya, karena Allah satu-satunya yang dapat memberikan kemudahan dan kesabaran.
Þ    Beriman kepada ketetapan dan takdir Allah dengan meyakini semuanya yang terjadi sudah merupakan suratan takdir. Sehingga dapat bersabar menghadapi musibah yang ada.
Þ    Mengetahui kebaikan dan manfaat yang ada dalam perintah dan keburukan yang ada dalam larangan.


Demikian sembilan kiat yang dipaparkan, semoga dengan manjalankan kiat-kiat ini, kita bisa menjadi orang-orang yang bersabar. Baik itu bersabar di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, kesabaran di dalam menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, ataupun kesabaran di dalam menghadapi takdir Allah subhanahu wata’alaa.


Referensi :
Ali Ubaid,Ulya.Sabar & Syukur: Gerbang Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat.Jakarta:Amzah,2011.
Sahla,Abu.Pelangi Kesabaran.Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar