Jumat, 15 April 2016

Sepotong Cerita Pengajian di Laboratorium Masjid UIN Sunan Kalijaga

Hari Selasa tanggal 6 Oktober 2016, saya dan Dyah menghadiri pengajian rutin yang diadakan di UIN Sunan Kalijaga, tepatnya di Laboratorium Masjid UIN Sunan Kalijaga. Pengajian rutin tersebut dimulai pukul 18.00 WIB samapi pukul 19.00 WIB.
            Kami tiba di Masjid UIN pukul 18.28, sudah terlambat 28 menit. Ya, di lantai pertama sudah hadir narasumber dan jamaah yang sedang membahas tausiyah yang disampaikan narasumber. Akhirnya karena kami malu datang sangat terlambat, kami pun naik ke lantai dua, namun tetap mendengarkan tausiyah yang disampaikan narasumber.
            Di dalam Masjid tampak sangat dijaga kebersihan dan kerapianny, saya melihat sangat bersih, rapi, dan indah. Suasana pengajian saat itu tampak cukup tenang, satu narasumber dan satu moderator yang duduk dismping narasumber, beliau berdua duduk di depan jamaah dengan satu buah meja yang dilapisi kain putih, sehingga tampak anggun dan satu buah Al-Qur’an yang berada di hadapan beliau. Ada satu buah papan tulis berukuran sedang yang terletak di samping narasumber.
            Jamaah puteri yang hadir dalam pengajian yaitu berjumlah 19 orang, sedangkan jumlah putra lebih banyak dari jumlah puteri. Jamaah yang hadir disediakan tikar untuk duduk, disediakan pula satu gelas air teh dan satu roti.
            Memang sangat disayangkan datang terlambat, karena tidak mendengarkan tausiyah secara keseluruhan, dan saya tidak tahu tema apa yang tengah dibahas dalam tausiyah tersebut. Hanya yang dapat saya pahami dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan jamaah, yang dapat saya pahami mungkin tema tausiyah malam itu mengenai keunggulan kompetitif yang kita miliki.
            Ketika moderator memberikan kesempatan kepada jamaah untuk bertanya, jamaah putera yang bernama Reno kemudian mengajukan pertanyaan, pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana jika kita ingin mengembangkan diri secara kompetitif , tetapi tidak terjebak dalam kesombongan. Kemudian moderator mempersilahkan narasumber untuk menjawab. Narasumber menjawab, bahwa dalam bersaing jangan menyombongkan diri, jangan ria atau pamer, kalau kita menunjukkan keunggulan (kesombongan), justru kita menunjukkan kelemahan kita sendiri.
Setelah pertanyaan pertama dijawab oleh narasumber, kemudian moderator kembali membuka kesempatan kepada jamaah untuk bertanya, satu jamaah puteri mengangkat tangan untuk bertanya, namanya Arisa dari Fakultas Syariah, tetapi sayang, saya tidak begitu jelas mendengar pertanyaan yang disampaikan. Setelah pertanyaan kedua dijawab oleh narasumber, moderator kembali membuka pertanyaan. Jamaah putra kembali bertanya, pertanyaaan yang disampaikan adlah apa balasan Musa kepada Fir’aun sebagai orang yang merawatnya. Kemudian narasumber menjawab, memang Musa dikatakan atau dilihat seperti kacang lupa pada kulitnya, namun penghormatan Musa kepada Fir’aun tetap ada, meskipun Musa berbeda dengan Fir’aun tetapi ia tetap hormat, tidak berkata jelek, ia sadar bahwa dulu ia tinggal dam dirawat di istana.
Suasana pengajian saat itu berlangsung hangat dan tenang, jamaah tampak memperhatiakan tausiyah yang disampaikan. Dan tak terasa alarm masjid berbunyi, tanda waktu shalat Isya.
Akhirnya pengajian dicukupkan untuk malam itu, dan dilanjutkan malam besok. Setelah pengajian selesai, semua jamaah kemudian melaksanakan shalat Isya bersama-sama. Ada satu shaf perempuan yang melaksanakan shalat berjamaah.
Setelah melakukan shalat Isya bersama-sama, saya dan dyah kemudian duduk di selasar Masjid sembari membuat blog. Saya merasakan ada ketenangan yang disentuh oleh angin yang dengan lembut mengibaskan dedaunan. Saya merasakan kesejukan, saya bersyukur atas apa yang telah Allah berikan hari ini.
Kurang lebih pukul 19.00 wib, di selasar Masjid masih ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi yang dengan aktifitasnya masing-masing taampak ada yang sedang mengerjakan tugaas, diskusi kelompok, atau sepeti saya, sekedar duduk sambil memanfaatkan koneksi internet.

Pukul 20.25 wib, akhirnya setelah membuat blog yang cukup memakan waktu, saya dan Dyah kemudian pulang ke kost masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar